Sabtu, 18 Desember 2010

PERILAKU ORGANISASI:


Pengertian Dasar dan Ruang Lingkup

Diajukan untuk memenuhi tugas materi
Perilaku Organisasi dan kepemimpinan Pendidikan Islam
dengan dosen pembimbing Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Program Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

 Oleh:
Andy Firmansyah
HM.Dhorifin


Program Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Oktober 2010


PERILAKU ORGANISASI:
Pengertian Dasar dan Ruang Lingkup


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Seseorang yang membuka les privat dengan 5 orang murid SD dalam proses pembelajarannya dapat ditangani sendiri. Sehingga dalam hal ini kemungkinan orang tersebut belum memerlukan bantuan orang lain. Namun apabila jumlah murid bertambah banyak, katakanlah mencapai 50 dengan kelas yang berbeda-beda, maka ia tidak dapat melaksanakan tugas mengajar ataupun melakukan promosi untuk mencari murid sendirian. Untuk itu kemungkinan orang tersebut akan meminta bantuan orang lain mengelola lembaga lesnya. Dalam keadaan yang demikian pengorganisasian dirasa perlu diterapkannya meskipun baru dalam tarap organisasi yang sederhana karena hanya dalam taraf sekolah dasar. Dengan meningkatnya permintaan orang tua murid yang tidak terbatas pada anak SD tapi juga siswa SMP dan SMA maka kebutuhan tenaga pengajar tidak hanya guru kelas akan tetapi diperlukan juga guru mata pelajaran. Selain itu diperlukan tenaga administrasi, cleaning service atau bahkan satpam untuk turut serta mengelola lembaga les tersebut. Mereka inilah yang kemudian dalam istilah sehari harinya disebut sebagai karyawan-nya. Sehingga semakin banyak karyawan/pegawai/buruhnya dari perusahaan tersebut, serta mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi maka ilmu pengorganisasian semakin diperlukan.           Dalam suatu lembaga di bidang pendidikan yang sangat kompleks dengan permasalahan, dari bagaimana mencari peserta didik, mengelola kelas, mengajar yang baik sampai menggaji seorang guru. Semua itu butuh diadakan sebuah pengorganisasian yang matang, apalagi dalam Lembaga Pendidikan Islam, sangat diperlukan sekali adanya pengorganisasian.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian dasar dari perilaku organisasi adalah?
2. Apa saja ruang lingkup dari perilaku organisasi?


BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian dasar dari perilaku organisasi

Tentang organisasi oleh beberapa ahli antara lain : James D. Money Organisasi adalah bentuk dari perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dokter Kimbal Organisasi adalah sebuah active atau cara kerja (mekanisme) dari manajemen.
Tujuan mengadakan pengontrakan dan personalianya serta menentukan fungsi masing-masing tata kerjanya. Ralph Currier Davis Organisasi adalah kelompok orang-orang yang bekerja menuju ke tujuan bersama dibawah pimpinan. Ermaet Dalk Organisasi adalah proses perencanaan dalam sebuah badan usaha.
Sifat; menyusun, mengembangkan dan pemeliharaan struktur atau pola hubungan kerja. John D. Millet Organisasi adalah sebuah kerangka struktur, sebagai wahana dan wadah pelaksanaan pekerjaan banyak orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. John Prisce Johnes Organisasi adalah kelompok manusia bekerja yang dipersatukan di bawah sebuah pimpinan dan dengan sarana yang serasi demi mecapai tujuan bersama. Dwaight Waldo Organisasi adalah struktur hubungan antar manusia berdasarkan wewenang dan kelanggengan dalam sebuah system administrasi. Edgar Segein Organisasi adalah kordinasi yang rasional dari aktiva banyak orang dengan pembagian kerja, fungsi, wewenang dan tangung jawab demi mencapai tujuan bersama. Harley Trecker Organisasi adalah tindakan atau proses perhimpunan dan kelompok-kelompok yang ada hubungannya atau sama lain dalam sebuah wadah atau hubungan.         Dari berbagai pendapat tentang pengertian organisasi tersebut maka dapat disimpulkan adanya tiga macam pendapat yaitu: Organisasi adalah kumpulan orang-orang. Organisasi adalah proses pembagian kerja. Organisasi adalah system kerja sama. Dari tiga macam pedapat diatas maka dapat disusun suatu definisi tentang organisasi secara sederhana, yaitu: “Organisasi adalah suatu system kerjasama dari sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. J. Djati, S. John (1998 : 44).

Pengorganisasian berasal dari kata dasar organisasi (organum bahasa Latin) yang berarti alat atau badan, mempunyai beberapa versi devinisi. Tanpa mempermasalahkan ataupun mendevinisikan apa itu organisasi, pada dasarnya ada 3 (tiga) ciri khusus dari organisasi, yaitu : adanya sekelompok manusia – kerja sama yang harmonis dan kerjasama tersebut berdasar atas hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan.
Dari uraian di atas, dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa “organisasi” adalah : Sekelompok manusia yang bekerjasama, di mana kerjasama tersebut di canangkan dalam bentuk struktur organisasi atau gambaran skematis tentang hubungan kerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Teori atau ilmu perilaku organisasi (organization behavior) pada hakekatnya mendasarkan kajiannya pada ilmu perilaku itu sendiri (akar ilmu psikologi), yang dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam organisasi. Dengan demikian , kerangka dasar teori perilaku organisasi ini didukung oleh dua komponen pokok, yakni indivdu-individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah perilaku tersebut.
Jadi perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Perilaku organisasional dimaksudkan untuk mengintegrasikan disiplin ilmu psikologi, psikologi sosial, ilmu politik, sosiologi, dan antropologi, sejauh disiplin ilmu tersebut berkaitan dengan orang di tempat kerja[1]. Lebih lanjut Kelly dalam bukunya  Organizational Behaviour  yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi didalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya mempunyai tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.

1.2. Prinsip-prinsip, Fungsi dan Manfaat Organisasi
Agar terwujudnya suatu organisasi yang baik, efektif, efisien serta sesuai dengan kebutuhan, secara selektif harus didasarkan pada prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut. 1. Principle of Organizational Objective (prinsip tujuan organisasi).
Menurut prinsip ini tujuan organisasi harus jelas dan rasional, apakah bertujuan untuk mendapatkan laba (business organization) ataukah untuk memberikan pelayanan (public organization). Hal ini merupakan bagian penting dalam menentukan struktur organisasi.
2. Principle of Unity of Objective (prinsip kesatuan tujuan).
Menurut prinsip ini, di dalam suatu organisasi harus ada kesatuan tujuan yang ingin dicapai. Organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap bagiannya harus berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi akan kacau, jika tidak ada kesatuan.
3. Principle of Unity of Command (prinsip kesatuan perintah)
Menurut prinsip ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah ataupun memberikan pertanggungjawaban hanya kepada satu orang atasan, tetapi seorang atasan dapat memerintah beberapa orang bawahan.
4. Principle of the Span of Management (prinsip rentang kendali).
Menurut prinsip ini, seorang manajer hanya dapat memimpin secara efektif sejumlah bawahan tertentu, misalnya 3 sampai 9 orang. Jumlah bawahan ini tergantung kecakapan dan kemampuan manajer bersangkutan.
5. Principle of Delegation of Authority (prinsip pendelegasian wewenang) Menurut prinsip ini, hendaknya pendelegasian wewenang dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain jelas dan efektif, sehingga ia mengetahui wewenangnya.
6. Principle of Parity of Authority and Responsibility (prinsip keseimbangan wewenang dan tanggung jawab)
Menurut prinsip ini, hendaknya wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Wewenang yang didelegasikan dengan tanggung jawab yang timbul karenanya harus samabesarnya, hendaknya wewenang yang didelegasikan tidak meminta pertanggungja wabany ang lebih besar dari wewenang itu sendiri atau sebaliknya. Misalnya, jika wewenang sebesar X, tanggung jawabnya pun harus sebesar X pula.
7. Principle of Responsibility (prinsip tanggung jawab).
Menurut prinsip ini, hendaknya pertanggungjawaban dari bawahan terhadap atasan harus sesuai dengan garis wewenang (line authority) dan pelimpahan wewenang; seseorang hanya bertanggung jawab kepada orang yang melimpahkan wewenang tersebut.
8. Principle of Departmentation (principle of devision of work-prinsip pembagian kerja).       Menurut prinsip ini, pengelompokan tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sama ke dalam satu unit kerja (departemen) hendaknya didasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan tersebut.
9. Principle of Personnel Placement (prinsip penempatan personalia).
Menurut prinsip ini, hendaknya penempatan orang-orang pada setiap jabatan harus didasarkan atas kecakapan, keahlian dan keterampilannya (the right men, in the right job); mismanajemen penempatan harus dihindarkan. Efektivitas organisasi yang optimal memerlukan penempatan karyawan yang tepat. Untuk itu harus dilakukan seleksi yang objektif dan berpedoman atas job specification dari jabatan yang akan diisinya.
10. Principle of Scalar Chain (prinsip jenjang berangkai).
Menurut prinsip ini, hendaknya saluran perintah/wewenang dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas dan tidak terputus-putus serta menempuh jarak terpendek. Sebaliknya pertanggungjawaban dari bawahan ke atasan juga melalui mata rantai vertikal, jelas dan menempuh jarak terpendeknya. Hal ini penting, karena dasar organisasi yang fundamental adalah rangkaian wewenang dari atas ke bawah; tindakan dumping hen¬daknya dihindarkan.
11. Principle of Efficiency (prinsip efisiensi).
Menurut prinsip ini, suatu organisasi dalam mencapai tujuannya harus dapat mencapai hasil yang optimal dengan pengorbanan yang minimal.
12. Principle of Continuity (prinsip kesinambungan).
Organisasi harus mengusahakan cara-cara untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
13. Principle of Coordination (prinsip koordinasi).
Prinsip ini merupakan tindak lanjut dari prinsip-prinsip organisasi lainnya. Koordinasi dimaksudkan untuk mensinkronkan dan mengintegrasikan segala tindakan, supaya terarah kepada sasaran yang ingin dicapai.

    Dalam konteks pendidikan Islam, prinsip-prinsip ini haruslah berlandaskan kepada landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.
Di antara prinsip organisasi yang tersirat dalam al-Qur'an dan Hadis adalah sebagai berikut:
1. Tujuan organisasi secara umum harus mencari dan menemukan keridhaan Allah SWT. Meskipun tujuan lain dibangun bernuansa duniawi, akan tetapi hal-hal yang bersifat duniawi tersebut adalah sesuatu yang diridhai oleh Allah SWT. Firman-Nya:
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Qs. al-Jumuah: 9-10)
2. Kerja sama yang dilakukan dalam suatu organisasi—termasuk segala proses yang dijalankan—hanya dalam kebaikan, bukan dalam hal kemaksiatan, keburukan, atau kemungkaran. Firman-Nya:
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Qs. Al-Maidah/5: 2)
3. Pemberian tugas dan wewenang kepada anggota organisasi berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Dalam ajaran Islam, banyak hal hukum yang diterapkan berdasarkan kemampuannya, seperti shalat duduk atau berbaring bagi orang yang sakit, mengganti puasanya dengan fidyah bagi yang sakit dan sulit akan sembuh, dan sebagainya. Demikian pula perintah memberi nafkah, juga berdasarkan kemampuan seseorang, sebagaimana firman-Nya: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Qs. ath-Thalaq/65: 7)
Dalam hal ini, juga diperlukan penyerahan tugas sesuai dengan keahliannya. Rasulullah SAW bersabda:
اِذَا وُسِّدَ اْلأَمْرُ اِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
Apabila suatu perkara/urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (HR. Bukhari).
4. Masing-masing anggota organisasi harus menjalankan tugasnya dengan baik dan mempertanggungjawabkan setiap tugas yang diembannya. Rasulullah SAW bersabda: كُلَُكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ...
Kalian semua adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya… (muttafaq 'alaih).
Mengenai tanggung jawab ini, juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam al-Qur'an surat ar-Ra’du/13 ayat 11:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka. 5. Seluruh anggota organisasi secara kolektif bertanggung jawab terhadap individu-individu yang ada dalam organisasi tersebut sehingga diperlukan adanya pembinaan (supervisi), pendidikan, dan perhatian kepada mereka. Jika tidak, maka kesalahan yang dilakukan oleh individu tertentu bisa merusak citra organisasi. Hal ini tersirat dalam firman Allah SWT dalam surat al-Anfal/8 ayat 25:
Artinya: dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya. 6. Komunikasi yang digunakan dalam organisasi hendaklah dengan lemah lembut, tegas, perkataan yang benar serta mengandung keselamatan, sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Mengenai pentingnya berkomunikasi dengan baik dan lemah lembut ini Allah SWT berfirman: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Qs. Ali Imran/3: 159)
Dalam al-Qur'an juga ditemukan beberapa istilah komunikasi seperti: a. qaulan sadida/perkataan yang benar (Qs. an-Nisa'/4: 9 dan al-Ahzab/33: 70); b. qaulan karima/perkataan yang mulia (Qs. al-Isra'/17: 23);
c. qaulun ma'rufun atau qaulan ma'rufa/perkataan yang baik (Qs. al-Baqarah/2: 2235 dan 263; Muhammad/47: 21 juga al-Ahzab/33: 32 dan an-Nisa'/4: 8);
d. qaula al-haq/perkataan yang benar (Qs. Maryam/19: 34); dan
e. qaulan baligha/perkataan yang sampai berbekas pada jiwa mereka (Qs. an-Nisa'/4: 63). Berbagai bentuk kata yang menunjukkan etika dan cara komunikasi tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi lawan bicara dan materi yang dibicarakan. Penerapan komunikasi seperti ini akan sangat efektif dalam membangun organisasi yang profesional dan menyenangkan. 7. Selain menggunakan kata-kata yang baik, hendaklah saling memberi nasehat di jalan yang benar, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-'Ashr ayat 1-3: وَالْعَصْرِ ١ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ٢ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati (saling berwasiat) supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati (saling berwasiat) supaya menetapi kesabaran. 8. Dalam pengambilan kebijakan dan keputusan, hendaklah dilakukan dengan prinsip musyawarah dan diiringi dengan sifat tawakal. Sebagaimana firman-Nya: Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159)
9. Menegakkan prinsip keadilan. Islam sangat menekankan pentingnya menegakkan keadilan, termasuk dalam urusan kemasyarakat dan berorganisasi. Bahkan Ali ibn Abi Thalib kw. pernah berkata: "Tuhan akan menegakkan negara yang adil meskipun kafir dan akan menghancurkan negara yang zhalim meskipun Islam". Al-Qur'an juga banyak membicarakan tentang prinsip keadilan, salah satu di antaranya adalah
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. surat al-Maidah/5 ayat 8)
10. Jabatan dan tugas yang diberikan dalam organisasi pada hakikatnya sebagai amanah yang harus dijalankan dengan sifat amanah (dapat dipercaya) pula. Pentingnya sifat amanah ini juga ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa watak manusia memang suka menerima amanah, akan tetapi agar tidak termasuk orang yang zalim lagi bodoh, harus mampu mengemban amanah tersebut sebagaimana mestinya. Dalam konteks berorganisasi, maka setiap anggota organisasi harus menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing sesuai dengan job description yang diberikan. Firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (Qs. al-Ahzab/33: 72)
11. Dalam menjalankan organisasi pendidikan Islam hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, jujur, tranparan, dan sifat-sifat terpuji lainnya sebagaimana yang dituntun dalam ajaran Islam, khususnya yang berkenaan dengan ajaran akhlaqul Islam. Adapun yang menjadi fungsi dari sasaran organisasi tersebut antara lain: 1. Dapat merumuskan serta memusatkan perhatian atau mengarahkan para manajer dalam usaha memperoleh dan mempergunakan sumber daya organisasi.
2. Dapat digunakan sebagai dasar dan alasan peng-orgairisasian.
3. Sebagai suatu standar penilaian terhadap organisasi, dan daprt dijadikau sebagai ukuran terhadap derajat efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya. 4. Sebagai sumber legitimasi yang membenarkan kegi¬atan dan eksistensinya terliadap kelornpok-kelompok yang beraneka ragam seperti para penanaman modal, anggota, pelanggan dan masyarakat secara keseluruhan dan sebagainya.
5. Dapat membantu organisasi untuk memperoleh suinberdaya manusia yang dibutuhkan.


Fungsi yang menjadi sasaran bagi para anggota perseorangan dalam suatu organisasi adalah: 1. Dapat memberikan pengarahan kerja sehingga mendorong para pekerja untuk memusatkan perhatian dan usahanya secara lebih ielas ke arah tujuan yang telah ditetapkan. 2. Memberikan alasan sebagai dasar untuk bekerja dan dapat memberikan arti pada pekerjaan yang kelihatannya tidak terarah.
3. Dapat dijadikan sebagai sasaran pencapaian keinginan pribadi.
4. Dapat membantu individu merasa terjarnin bahwa Organisasi akan tenis berjalan untuk masa selanjut-nya.
5. Dapat memberikan identifikasi dan status bagi para pekerjanya

Sementara manfaat dari adanya organisasi adalah:
1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Jika organisasi itu di bidang pendidikan, maka akan turut mencerdaskan masyarakat serta membimbing masyarakat agar tetap menerapkan nilai-nilai ajaran Islam.
3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi. 4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan. Dalam ajaran Islam, juga diperlukan organisasi. Rasulullah SAW bersabda bahwa Shalat berjama'ah lebih utama daripada shalat sendirian 27 derajat. Hadis ini mengisyaratkan tentang: a. Keutamaan shalat berjamaah
b. Aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat bahwa hidup secara berjamaah atau berorganisasi dengan dipimpin oleh seorang pemimpm/imam lebih besar keuntungannya dari¬pada tanpa berorganisasi atau berjamaah.
Begitu pula pernyataan Ali bin Abi Thalib: "al-haqqu bila nizhamin sayaghlibuhu al-bathil bi nizhamin", (Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir). Pernyataan ini menunjukkan begitu pentingnya organisasi untuk mewujudkan suatu tujuan, termasuk dalam menerapkan kebenaran.

2. Ruang Lingkup dari Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku individu yang terdapat dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu ruang lingkup kajian ilmu perilaku organisasi hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi. Dalam kaitan ini, aspek-aspek yang menjadi unsur-unsur, komponen atau sub sistem dari ilmu perilaku organisasi antara lain adalah:
a. Motivasi
Kebutuhan dan atau keinginan  seorang pekerja terhadap sesuatu hal tertentu dan akan diusahakan untuk bisa dicapainya, dalam kajian ilmu administrasi sering disebut dengan istilah motivasi. Motivasi adalah proses psikologis yang merupakan salah satu unsur pokok dalam perilaku seseorang. Sebagaimana dikemukakan Miftah Thoha, perilaku seseorang itu sebenarnya bisa dikaji sebagai saling berinteraksinya atau ketergantungannya unsur-unsur yang merupakan suatu lingkaran. Unsur- unsur itu secara pokok terdiri dari motivasi dan tujuan. Atau menurut Fred Luthans, terdiri dari tiga unsur yakni kebutuhan (needs), dorongan (drive) dan tujuan (goals).
b. Kepemimpinan
Dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi, salah satu aspek perilaku organisasi yang penting disamping motivasi, adalah kepemimpinan (leadership). Bagi sebuah organisasi, kepemimpinan jelas sekali mempunyai peran yang sangat penting. Sebab, adanya kepemimpinan berarti terjadinya proses membantu dan mendorong orang lain untuk bekerja dengan antusias mencapai tujuan. Jadi, faktor manusia atau pemimpin-lah yang mempertautkan kelompok dan memotivasinya untuk mencapai tujuan, atau kepemimpinan juga mengubah yang tadinya hanya kemungkinan menjadi kenyataan.
Seorang pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya, secara keseluruhan di persepsikan oleh karyawannya sebagai gaya kepemimpinan (leadershipstyle). Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar motivasi, kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana pembedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun non ekonomis), berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya, jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilkan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi. Selain gaya kepemimpinan diatas, terdapat gaya lainnya yaitu gaya otokratik, partisipatif, dan bebas kendali (free rein atau laissez faire).
Pemimpin otokratik memusatkan kuasa dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saa yang diperintahkannya.Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antara lain : memuingkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Pemimpin partisipatif lebih banyak mendesentralisakikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak sepihak. Adapun pemimpin bebas kendali menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkan kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri. Diantara ketiganya, kecenderungan umum yang terjadi adalah kea rah penerapan praktek partisipasi secara lebih  luas karena dianggap paling  konsisten dengan perilaku organisasi supportif.
c. Stres dan atau konflik
Kondisi-kondisi tidak berjalannya  proses-proses keorganisasian seperti yang diharapkan ini pada gilirannya akan dapat menimbulkan stres bagi anggota organisasi, sekaligus membawa kemungkinan munculnya konflik baik  dalam pengertian yang positif maupun yang negatif. Untuk itu perlu diupayakan agar konflik negatif sesegera mungkin dipecahkan atau diselesaikan, sementara konflik positif dipelihara untuk memacu peningkatan produktivitas dan atau kinerja organisasi.


d. Pembinaan karir
Peran pembinaan dalam organisasi dapat sangat krusial dalam karir. Pembinaan akan memberikan petunjuk yang sangat khusus atau menolong individu ketika mereka menjalani karir. Peran Pembinaan disini meliputi pengembangan bakat(talent development) yaitu individu-individu diberi tantangan kerja yang melalui tantangan tersebut mereka  dapat mempelajari sesuatu, dan membuka jalan (door open) yaitu individu diberi kesempatan untuk bertumbuh, menghasilkan tugas-tugas dan pada waktu yang sama memastikan bahwa persaingan ditingkat yang lebih senior  berhasil dimenangkan.
Format terakhir pada pembinaan karir adalah tercapainya individu sebagai pembina bagi diri sendiri sehingga bisa menjadi pemimpin organisasi yang sukses.

e. Masalah sistem imbalan
Masalah sistem imbalan  berkaitan dengan kinerja kelihatan sebagai anjuran yang menarik, tapi pembayarannya sangat sulit diterapkan secara efektif. Organisasi harus yakin bahwa organisasi dapat menilai kinerja secara cermat dan menerapkan ketentuan yang obyektif dan dirasakan sangat adil. Hal ini berarti pertama-tama harus ada sebuah sistem manajemen kinerja lengkap dan luas yang dengan cermat dapat menggunakan penilaian kinerja dan tingkat kinerja yang berbeda-beda. Setiap rencana yang gagal menerapkan hal ini lebih condong menyebabkan ketidakpuasan dan mematikan semangat pegawai, dan bukannya memotivasi mereka.[2]
Sebagai contoh banyak perusahaan yang memiliki lebih dari satu divisi dengan kawasan produk yang berbeda dan sudah biasa jika diantara divisi itu memperoleh keuntungan pasar dan yang lainnya mengalami penurunan permintaan. Dalam keadaan semacam ini dapat timbul suatu bahaya. Jika sasaran tidak ditetapkan dan ditinjau kembalidengan hati-hati, orang-orang yang mencapi target relatif mudah mendapatkan bonus besar sementara orang lain yang mungkin bekerja jauh lebih keras namun gagal memenuhi target, sebagai konsekuensinya, tidak menerima bonus sama sekali. Jelas bahwa setiap rencana yang menerapkan cara ini akan menyebabkan perpecahan dan tidak adil.
Masalah lain tentang mengkaitkan pembayaran imbalan dengan kinerja adalah bagaimana memberikan imbalan kepada pekerjaan-pekerjaan yang targetnya sulit ditetapkan.  Misalnya pekerjaan dibidang hukum, tatausaha dan penelitian yang keluarannya sulit dinilai. Dalam hal ini pendekatan yang didasarkan atas wewenang mungkin diperlukan. Disini organisasi memberikan penghargaan kepada perilaku yang berhasil, bukannya untuk hasil-hasil berwujud.
Terakhir, setiap proses penetapan-sasaran akan memerlukan campuran target jangka pendek dan jangka panjang. Jika tidak, mungkin ada pemusatan perhatian pada hasil yang dapat segera diperoleh atas kerugian masa depan jangka panjang. 

f. Hubungan komunikasi
Komunikasi mungkin dianggap efektif kalau gagasan dan maksud seseorang disampaikan kepada orang lain dengan berhasil. Proses komunikasi kadang-kadang digambarkan dalam pengertian pengirim (transmitter) dan penerima ( receiver), dengan sejumlah campur tangan tertentu antara pengirimdan penerima.  “ Campur tangan” ini menggambarkan rintangan-rintangan terhadap komunikasi efektif.
 Komunikasi mempunyai sejumlah tujuan, meliputi:
§  Membagi informasi
§  Memperhatikan gagasan
§  Mengirim/ menyampaikan dan tukar menukar pandangan
§  Mengirim/ menyampaikan perasaan
Perlunya berkomunikasi timbul dari kebutuhan kita untuk saling mempengaruhi di dalam kehidupan bermasyarakat guna mencapai hasil tertentu. Komunikasi efektif sangat penting pada setiap tingkat di dalam setiap organisasi untuk memastikan bahwa organisasi itu berfungsi dan mencapai sasaran-sasarannya secara efektif.[3]

g. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Pemberdayaan” (empowerment) merupakan istilah popular yang berarti mendelegasikan tanggung jawab dan pembuatan keputusan kepada tingkat kewenangan terendah di dalam organisasi sehingga keputusan-keputusan dapat dibuat ditempat yang paling dekat dengan titik-titik dampaknya. Selain itu sebagai upaya setiap organisasi untuk memanfaatkan semua kemungkinan terbaik pada sumber daya manusianya.[4]
Membuat keputusan-keputusan sedekat mungkin dengan titik pengaruhnya mempunyai kebaikan, karena orang-orang yang berkepentinganlah yang paling tahu tentang pokok-pokok masalah terkait, dan pendelegasian tanggung jawab dengan cara ini biasanya lebih meningkatkan motivasi dan moral. Dalam kenyataannya, organisasi mengkomunikasikan strategi dan nilai-nilainya kepada anggota sehingga mereka mengetahui apayang harus dicapai dengan caranya sendiri. Agar berjalan efektif,parapegawai harus dengan sepenuh hati menganut nilai-nilai organisasi dan sepakat bertanggung jawab terhadap arah tujuan organisasi secara keseluruhan.

h. Produktivitas dan atau kinerja (performance)
Penilaian kinerja berbeda dari faktor- faktor lain karena dianggap sebagai penilaian keluaran, yaitu apa yang diproduksi organisasi, bukannya penilaian masukan, yaitu parameter dan keadaan yang mempengaruhi keluaran-keluaran tersebut. Namun, penilaian seperti memperoleh laba, pendapatan modal, pendapatan setiap saham, pendapatan perusahaan atas setiap tenaga kerja dan tingkat kebiasaan membolos, jumlah perselisihan dan kekhawatiran serta sikap pegawai merupakan mekanisme penting untuk membandingkan kinerja organisasi.[5]

i. Kepuasan kerja
Kepuasan dikaitkan dengan perilaku kerja dalam cara-cara berikut: kualitas dan kuantitas out put, berkaitan langsung dengan usaha dan tujuan. Kepuasan kerja secara seimbang dapat dikaitkan dengan kesukaan; atau sebaliknya yg dapat ditandai dengan keterlambatan, ketidakhadiran, turnover, dan sebagainya.[6]  Dapat dilihat kebalikan dari kepuasan kerja yaitu frustasi. Frustasi dapat berbentuk :
  • Fiksasi, terlihat jika seseorang secara terus-menerus mengulang argument dalam pertemuan rapat atau terus berusaha menyelesaikan masalah dengan menggunakan solusi yang sebelumnya telah diketahui bahwa solusi itu tidak tepat.
  • Regresi,terlihat dalam perilaku seperti merajuk, marah , atau perilaku yang tidak dewasa bahkan kadang menangis dan depresi.
  • Withdrawal(penarikan diri), adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh individu untuk menarik perilakunya dari tempat kerja seperti ketidakhadirankerja, turnover atau istirahat melebihi waktu yang ditentukan.
  • Agresi,dapat mengambil bentuk seperti sabotase, desas desus jahat, atau menyuarakan keluhan-keluhan supervisi

j. Pembinaan dan pengembangan organisasi(organizational development)/OD
OD digunakan sebagai istilah untuk menggambarkan proses meninjau kembali dan memperbaiki efektifitas perusahaan beserta organisasinya. Karena berasal dari ilmu pengetahuan sosial, maka OD cenderung berkonsentrasi pada tindakan dan interaksi antar individu dalam kelompok kerja dan hubungan antar kelompok dalam organisasi. Beckhard (1969) mendefinisikan OD sebagai:
usaha terencana, organisasi luas dan dikelola dari atas untuk meningkatkat efektivitas dan kesehatan organisasi melalui intervensi terencana dalam proses-proses organisasi yang menggunakan ilmu pengetahuan sosial.
Jadi, OD dapat ditinjau menjadi empat sudut pandang, yaitu:
§  Tujuan yang akan dicapai
§  Pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan pengembangan organisasi
§  Strategi dan kebijaksanaan untuk meninjau kembali dan memperbaiki efektifitas perusahaan atau bagiannya.
§  Aktivitas untuk melaksanakan strategi dan kebijakan.
Oleh karena itu, OD meliputi hal-hal berikut:
§   Membuat diagnosa tentang apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki efektivitas organisasi dan menentukan tujuan-tujuannya.
§   Mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan
§   Mengembangkan aktivitas untuk melaksanakan strategi
§   Memastikan arus balik ke monitor  dan mengevaluasi kemajuan.
Dari hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa OD merupakan proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus.[7]
Tingkah laku (behaviour) menduduki urutan teratas di dalam pengorganisasian yang terbentuk secara formal dan non formal. Tingkah laku formal berasal dari jalur komunikasi resmi, metode standar untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan, sikap berorientasi pada pekerjaan, tugas-tugas yang diuraikan secara jelas garis-garis komando diantara unit-unit kerja pegawai. Didalam keadaan-keadaan tertentu, ditetapkan pula sikap sosial dan para pegawai diharuskan untuk mematuhi norma-norma tingkah laku tersebut guna mengembangkan studi dan mendapatkan ketrampilan dari pekerjaan yang bersangkutan. Kenaikan upah dan promosi-promosi tergantung dari sikap mental mereka terhadap ketentuan organisasi.
Tingkah laku non formal merupakan tingkah laku yang tidak diatur di dalam organisasi formal dan bukan bagian dari organisasi formal, namun bukan berarti sikap tersebut tidak dibutuhkan. Berbagai tingkah laku non formal dapat menguntungkan dan member sumbangan pada efisiensi dan pemuasaan pegawai dengan cara-cara yang unik. Tingkah laku non formal diilhamkan dan tecipta secara psikologis dan sosial. Pandangan suka dan tidak suka, nilai-nilai pribadi dan sosialisasi tugas merupakan faktor-faktor menuju tingkah laku non formal. Faktor-faktor tersebut dapat dipelajari dan tingkah laku yang dihasilkan itu dapat dianalisa secara normative dan merupakan ciri khas dari organisasi formal yang mengakibatkan atau membiarkan eksistensi tingkah laku non formal tersebut.[8]








BAB III

PENUTUP

        Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Perilaku organisasional dimaksudkan untuk mengintegrasikan disiplin ilmu psikologi, psikologi sosial, ilmu politik, sosiologi, dan antropologi, sejauh disiplin ilmu tersebut berkaitan dengan orang di tempat kerja[9]. Lebih lanjut Kelly dalam bukunya  Organizational Behaviour  yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi didalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya mempunyai tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.
Perilaku organisasi, sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku individu yang terdapat dalam organisasi tersebut.
         Ruang lingkup dari perilaku organisasi meliputi: Motivasi, Kepemimpinan, Stres dan atau konflik, Pembinaan karir, Masalah sistem imbalan, Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, Produktivitas dan atau kinerja (performance), Kepuasan kerja, dan Pembinaan dan pengembangan organisasi(organizational development)/OD
Tingkah laku (behaviour) menduduki urutan teratas di dalam pengorganisasian yang akan  melahirkan  struktur organisasi yang memperlihatkan arus dari interaksi di dalam organisasi siapa yang menetapkan apa, siapa yang memerintahkan kerja, siapa yang harus menanggapi dan siapa yang mengerjakan pekerjaan apa.








Daftar Pustaka
Al-Qur’an in word
Cushway. Barry, Derek Lodge. Organisational Behaviour and Design: Perilaku dan Desain Organisasi, PT Elex Media Komputindo,Jakarta,1995, cet. 1
Handoko, T. Hani. Manajemen, Edisi Kedua. BPFE: Yogyakarta. 2000.
Terry. George R. (Terj) J. Smith D.F.M. 1986. Prinsip-Prinsip Manajemen. Bumi Aksara. Cet. Ke 2
Tyson. Shaun & Tony Jackson. (terj) Deddy J & Dwi P. The Essence of Organizational Behaviour: Perilaku Organisasi, Penerbit Andy, Yogyakarta, 2000, cet. 1
Wexley, Kenneth. M. And Gary A. Yuki. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Rineka Cipta: Jakarta 2005.
Winardi. J., Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Rajawali Pers: Jakarta. 2002.
__________ Teori organisasi dan Pengorganisasian, Rajawali Pers: Jakarta 2003.


Source Internet:
Perilaku Organisasi . http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/11/perilaku-organisasi.html 





[1] ShaunTyson & Tony Jackson. (terj) Deddy J & Dwi P. The Essence of Organizational Behaviour: Perilaku Organisasi, Penerbit Andy, Yogyakarta, 2000, cet. 1 h.2

[2] Barry Cushway, Derek Lodge. Organisational Behaviour and Design: Perilaku dan Desain Organisasi, PT Elex Media Komputindo,Jakarta,1995, cet. 1, h.146

[3] Ibid h. 179

[4] Ibid h. 128

[5] Ibid h. 19

[6] ShaunTyson & Tony Jackson. (terj) Deddy J & Dwi P. The Essence of Organizational Behaviour: Perilaku Organisasi, Penerbit Andy, Yogyakarta, 2000, cet. 1 h.29

[7] Ibid. h. 209

[8] George R. Terry. (terj) J. Smith DFM.Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi aksara, Jakarta,1986, cet.2, h. 80

[9] ShaunTyson & Tony Jackson. (terj) Deddy J & Dwi P. The Essence of Organizational Behaviour: Perilaku Organisasi, Penerbit Andy, Yogyakarta, 2000, cet. 1 h.2